Diskusi Rasa

Melegakan Gelisah

Hampir setiap kali akan “datang bulan”, penyakit galau saya kumat πŸ˜‚. Bukan penyakit benaran, sebenarnya. Hanya saja saya seringkali merasa galau untuk hal-hal yang sebenarnya nggak penting gitu lho.

Padahal jauh sebelum menikah saya sudah memiliki visi akan masa depan saya. Maksudnya saya sudah memutuskan untuk berkarya dari rumah dengan memprioritaskan keluarga. Akan tetapi penyakit galau-yang-nggak-penting ini selalu saja datang menghampiri.

Tiap kali melihat sosial media, saya seringkali merasa tidak berdaya. Padahal ya di rumah banyak hal yang bisa saya lakukan. Tapi teteup merasa tidak berdaya. Saya selalu merasa begini-begini saja sedangkan teman-teman saya sudah membumbung tinggi ke angkasa. Saya selalu merasa tidak memiliki sklill apa pun padahal ya bisa merajut.

Sakjane karepku iki opo tho ya? πŸ˜‚

Setiap kali penyakit galau-yang-nggak-penting ini datang menghampiri, saya pasti cerita ke Dana, yups suami saya tercinta. Biasanya jawabannya akan selalu sama. Namun kali ini dia memberikan jawaban yang jauh lebih menyentuh sanubari *ceuileeehh.

Doi bilang, “Kamu lho setiap bulan mengatur keuangan kita agar uangnya cukup, bahkan lebih. Itu kan juga bekerja. Kamu juga selalu mencoba resep baru, bikin kue buat cemilanku. Lalu kamu juga belajar tentang makanan yang sehat biar kita bisa tetep sehat. Itu kan juga bekerja. Kamu juga setiap hari belajar demi masa depan. Mempersiapkan diri menjadi ibu yang baik. Nikmati saja. Apapun yang kamu kerjakan di rumah sudah sangat membantuku. Urusan dunia kita, biar aku yang urus. Kamu mengurus bagian yang lain. Oke, sayang!”.

O Allah, i am feeling bless for being his wife. Alhamdulillah πŸ’•

Seketika penyakit galau-yang-nggak-penting reda sudah 🐣

Leave a comment